PT Delegasi Teknologi Indonesia
MTH Square Ground Floor (GF) A4,
Jl. Letjen M.T. Haryono Kav. 10, Desa/Kelurahan Bidara Cina,
Kec. Jatinegara Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13330
Indonesia
(021) 58905002
0812 2200 3011
hey@delegasi.co
Edukasi Bisnis
November 30, 2023
Krisna Prihantoro
Fraud merupakan ancaman serius bagi bisnis, tanpa memandang ukuran dan sektor usahanya. Karena risiko fraud semakin meningkat, terutama di era digital yang semakin kompleks, langkah-langkah pencegahan menjadi semakin dibutuhkan. Fraud triangle menjadi salah satu konsep untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi ancaman fraud yang bisa sangat merugikan bisnis.
Melalui artikel ini, Delegasi akan membimbingmu untuk memahami esensi Fraud Triangle, sehingga kamu bisa merancang strategi yang responsif terhadap perubahan dinamika lingkungan bisnis, khususnya dalam menghadapi ancaman fraud yang semakin canggih di era digital.
Fraud Triangle adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh kriminolog Donald Cressey pada tahun 1950-an untuk menjelaskan motivasi di balik perilaku penipuan. Teori ini mengidentifikasi tiga elemen utama yang cenderung berkumpul dan menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya penipuan.
Ketiga elemen tersebut adalah tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).
Elemen pertama dari Fraud Triangle adalah tekanan yang dirasakan oleh individu. Tekanan dapat bersifat finansial, seperti utang yang menumpuk atau kesulitan keuangan pribadi. Selain itu, tekanan psikologis seperti ketakutan akan kehilangan pekerjaan atau dorongan untuk mempertahankan gaya hidup tertentu juga dapat mendorong individu melakukan fraud.
Kesempatan muncul ketika individu percaya bahwa mereka dapat melakukan fraud tanpa terdeteksi. Kelemahan dalam sistem pengendalian internal, kurangnya pemisahan tugas, atau kekurangan pengawasan menciptakan kesempatan untuk melakukan fraud.
Rasionalisasi adalah elemen di mana individu meyakinkan diri mereka bahwa tindakan fraud yang mereka lakukan adalah wajar atau bahkan diperlukan. Justifikasi moral atau etika digunakan untuk mengatasi rasa bersalah atau keraguan dalam melibatkan diri dalam aktivitas fraud.
Berdasarkan tiga elemen kunci dalam Fraud Triangle di atas, berikut ini adalah langkah-langkah pencegahan yang dapat kamu ambil untuk meminimalkan risiko fraud:
Lakukan perbaikan dan pemantauan terus-menerus terhadap prosedur dan sistem untuk mencegah celah. Pemisahan tugas menciptakan lapisan kontrol dengan membagi tugas ke dalam berbagai peran, mengurangi risiko kolusi. Audit berkala dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan pengendalian dan mendeteksi potensi masalah atau ketidaksesuaian.
Lakukan perbaikan dan pemantauan secara konsisten terhadap prosedur dan sistem untuk menutup setiap celah yang muncul. Kurangi risiko kolusi dengan pemisahan tugas dan jalanjan audit secara berkala untuk mengevaluasi keefektifan pengendalian dan mendeteksi potensi masalah.
Menangani rasionalisasi melibatkan pembangunan budaya integritas dan pelatihan etika. Terapkan sanksi yang tegas dan lakukan pengawasan secara ketat terhadap aktivitas keuangan bisnismu.
Kwitansi adalah dokumen yang menyatakan rekaman transaksi jual-beli sementara invoice merupakan dokumen tagihan pembayaran yang dibuat oleh penjual untuk pembeli. Kwitansi diberikan ketika pembeli sudah melunasi pembayaran sedangkan invoice diberikan ketika pembeli belum melakukan pembayaran.
Nomor invoice adalah bagian yang penting. Nomor ini terdiri dari sekumpulan angka unik sesuai dengan ketentuan perusahaan penerbit sesuai dengan urutan transaksi. Nomor invoice sangat berguna ketika kamu ingin melakukan pelacakan pembelian atau penjualan.
Invoice diterbitkan oleh pihak yang menyediakan jasa atau barang. Dengan kata lain, invoice dibuat oleh penjual kemudian diserahkan kepada pembeli.
Invoice dibuat oleh penjual sebagai dokumen tagihan. Oleh karena itu, invoice dibuat sebelum pembeli melakukan pembayaran. Invoice juga harus dibuat sebelum pembeli mengirim barang atau menyediakan jasa yang dibeli.